
Jakarta, Humas LIPI. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kembali menyelenggarakan kegiatan Ngobrol Bareng Peneliti (NGAPEL). NGAPEL kali ini mengambil tema Tema “Mengenal Virus dan Cara Kerja Vaksin di dalam Tubuh” pada Jumat (22/1). Narasumber NGAPEL edisi perdana di Tahun 2021 ini adalah Wien Kusharyoto, peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, yang juga merupakan anggota Tim Penelitian LIPI Pembuatan Vaksin COVID-19.
Wien menjelaskan bahwa virus bukanlah makhluk hidup, tetapi sebuah partikel yang tubuhnya terdiri dari protein atau libida yang menyusun struktur atau partikel dari virus tersebut, namun di dalam partikel itu terdapat material genetik. Virus tidak bisa berkempang biak sendiri, artinya virus ini harus menginfeksi sel supaya bisa memperbanyak diri di dalam sel. Ketika memperbanyak diri virus memanfaatkan mekanisme perbanyakan diri baik itu dari arenanya atau dari DNA-nya yang secara alami terjadi di dalam sel. Virus memperbanyak diri dalam sel kemudian keluar dari satu sel ke sel yang lain untuk memperbanyak diri, begitu seterusnya.
Virus bisa masuk ke tubuh manusia melalui media yang lain seperti hewan. Ketika virus sudah masuk ke tubuh manusia, mereka berusaha untuk masuk ke dalam sel. “Ini karena ketika berada di luar sel, virus tidak berbahaya bagi manusia, karena langsung akan dieliminasi oleh kekebalan tubuh manusia. Namun virus akan dapat memperbanyak diri setelah masuk dalam tubuh manusia,” terang Wien.
Ada juga bentuk yang lain, yaitu bakteri, yang merupakan makhluk hidup berupa sel tunggal yang berkembang biak melalui membelah diri. Di dalam tubuh kita terdapat lebih banyak bakteri dari pada sel-sel manusia. Bakteri banyak ada di dalam telinga, dalam usus, maupun permukaan kulit. Tidak semua bakteri merugikan, beberapa bakteri menguntungkan manusia karena mereka juga menjadi semacam halangan untuk bakteri-bakteri patogen atau virus patogen yang lain yang ingin masuk ke dalam sel. Bakteri pada dasarnya ikut membantu agar kita tetap sehat. Pada dasarnya yang membedakan antara baik dan jahat adalah apakah kemudian mereka menyebabkan sakit atau justru melindungi kita dari sakit.
Secara alami tubuh kita akan menghasilkan antibodi. Semua orang yang terinfeksi akan menghasilkan antibodi. Hanya saja jumlah antibodi seseorang bisa saja kurang memadai. ”Bisa saja jumlahnya terlalu sedikit karena kondisi kekebalan seseorang, atau jumlah virus terlalu sedikit sehingga antibodi yang terbentuk juga sedikit. Jika jumlahnya sedikit maka dibutuhkan vaksin,” lanjut Wien.
Vaksin ditujukan agar tubuh manusia tidak terinfeksi dan tidak terdampak oleh infeksi virus yang masuk. Wien menjelaskan bahwa ada vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh sebagai protein. Efeknya akan sama saja, karena ini adalah benda asing yang masuk ke dalam tubuh kita maka tubuh akan merespon dengan membentuk kekebalan yaitu membentuk antibodi. ”Vaksin itu ibaratnya seperti meniru virus. Seperti vaksin Sinovac yang dibuat dari virus yang sudah dimatikan dan disuntikkan ke dalam tubuh. Hasilnya akan menimbulkan respon kekebalan tetapi tidak menyebabkan sakit,” jelas Wien.
LIPI juga melakukan penelitian pembuatan vaksin COVID-19. Penelitian dimulai pada Juni 2020. Penelitian dimulai dengan mendesain protein kemudian membiakkan selnya. Vaksin dari LIPI rencananya berbentuk vaksin rekombinan artinya bentuknya protein rekombinan contohnya seperti vaksin hepatitis B, yang sudah biasa digunakan pada manusia.
Selain pembuatan vaksin Covid-19, LIPI juga telah melakukan uji klinis terhadap imunomodulator yang dibuat dari tanaman asli Indonesia. Immunomudulator ini diekstrak dari rimpang jahe, meniran, dan daun sembung yang dimanfaatkan untuk membuat tubuh kita mempunyai imunitas lebih tinggi.
Kepada generasi ilmiah Indonesia Wien Kusharyoto berpesan agar terus menerapkan protokol kesehatan sebagai penanggulangan pertama masuknya virus. “Melakukan protokol kesehatan yang ketat merupakan bentuk vaksin pertama yang kita bisa lakukan sebelum nantinya divaksinasi lebih lanjut,” pesan Wien.
Wien juga berpesan, sebagai generasi ilmiah Indonesia, kita harus mencari sumber-sumber informasi yang dapat dipercaya. “Kita harus teliti menelaah kebenaran informasi yang diperoleh. Kita harus membandingkan dahulu dengan sumber-sumber yang bisa dipercaya,” tutup Wien. (tbi/ ed: sr)